Mengasuh anak sejatinya adalah tanggung jawab utama orang tua, bapak dan ibu. Namun ada juga pandangan menurut beberapa orang yang beranggapan bahwa mengasuh anak dan mengurus pekerjaan rumah tangga adalah tugas ibu. Sedangkan peran bapak hanyalah pencari nafkah saja, sehingga bapak tidak banyak berperan dalam parenting bahkan sangat minim.
Fatherless family, sebuah label yang diberikan kepada sebuah keluarga dimana peran ayah dalam pengasuhan anak dikeluarga tersebut yang minim baik secara fisik maupun psikis. Fatherless merupakan kombinasi dari jarak secara fisik dan emosional antara ayah dan anaknya. Pandangan anak tentang keterlibatan ayahnya menandakan esensi dari peran ayah dalam kehidupan anak.
Benarkah seperti itu? Feel You akan mencoba membahas fenomena fatherless family.
Mengapa fatherless family bisa terjadi?
Di negara barat
Peningkatan jumlah orang tua tunggal disebabkan oleh meningkatnya perceraian. Adanya perubahan sosial juga berkontribusi terhadap peningkatan kondisi orang tua tunggal, seperti lebih sedikit orang yang menikah dan lebih memilih untuk cohabiting (kumpul kebo) sebelumnya atau dibanding menikah. Sedangkan hubungan pasangan yang melakukan cohabiting cenderung rapuh. Rata-rata mereka bertahan selama 2 tahun sebelum putus atau berubah status menjadi menikah. Dari pasangan cohabiting yang tidak menikah, hanya sekitar 18% yang bertahan selama kira-kira 10 tahun. Selain perceraian, fatherless dapat terjadi karena ayah yang tidak "hadir" karena masalah pekerjaan, ayah meninggal sebelum anak mencapai usia dewasa, bahkan anak yang terlahir diluar pernikahan.
Di Indonesia
Berbeda dengan negara Barat dimana fatherless terjadi karena ayah dan ibu yang tidak menikah, di Indonesia dimana pasangan menikah secara sah namun peran sebagai ayah masih terabaikan.
Dampak fatherless
Dampak fatherless pada anak perempuan
Keterlibatan ayah dalam pengasuhan menjadi modal awal bagi perempuan dewasa untuk berinteraksi secara positif dengan laki-laki dalam hidupnya. Dampak fatherless pada anak perempuan lebih luas dibandingkan anak perempuan yang memiliki hubungan yang bermakna serta kokoh dengan ayahnya. Ketidakhadiran sosok ayah dalam kehidupan anak perempuan mengakibatkan "kekosongan" dalam dirinya. Kekosongan tersebutlah yang menjadi pemicu anak perempuan mendapatkan perlakuan salah dari pria karena dirinya berusaha mengisi kekosongan tersebut.
Perempuan yang dibesarkan tanpa ayah lebih memiliki preferensi dalam memilih pasangan romantis yang tinggi. Perempuan yang ayahnya kurang terlibat dalam pengasuhan sehingga menimbulkan persepsi yang kurang baik, cenderung mempunyai sensitifitas yang tinggi kepada perasaan orang lain, dirinya akan menjadi sangat hati-hati dalam memilih pasangan karena rasa tidak percaya dengan orang lain.
Dampak fatherless pada anak laki-laki
Hasil penelitian longitudinal, anak laki-laki yang hanya tinggal bersama ibu menunjukkan tingkat agresi yang lebih tinggi. Ini membenarkan bahwa pengawasan dan pendampingan oleh ayah akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak. Jika hal itu tidak didapatkan oleh anak anak, perilaku buruk yang mereka lakukan adalah bentuk protes atas kekosongan dan kehampaan yang dirasakan anak.
Anak laki-laki yang mengalami fatherless berisiko melakukan juvenile delinquent (kenakalan remaja) bahkan hingga masuk lembaga pemasyarakatan atau drop out dari sekolah.
Baca juga: 5 Isu Penting Hubungan dengan Mertua dan Bagaimana Menyikapinya
Peran ayah yang seharusnya
Peran ayah dalam proses pengasuhan sangat diperlukan untuk mengindari dampak buruk fatherless. Peran ayah tidak terbatas pada pencari nafkah keluarga saja untuk memenuhi kebutuhan anak, namun juga menjadi teman bagi anak, memberikan kasih sayang dan merawatnya, mendidik serta menjadi teladan yang baik, memantau aturan disiplin, melindungi dari resiko/bahaya, membantu, mendampingi hingga membela anak jika mengalami kesulitan, dan tak lupa mendukung potensi untuk keberhasilan anak.
Sources
Fiqrunnisa, A., Yuliad, I., & Saniatuzzulfa, R. (2023). Hubungan Persepsi Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan dengan Pemilihan Pasangan pada Perempuan Dewasa Awal Fatherless. Psyche: Jurnal Psikologi Universitas Muhammadiyah Lampung, 152-167.
O'Neill, Rebecca. (2022). Experiments in Living: The Fatherless Family. London: Civitas.
Sundari, Arie Rihardini., & Herdajani, Febi. (2013). Dampak Fatherless terhadap Perkembangan Psikologis Anak. Prosiding Seminar Nasional Parenting, 256-271.
Komentar
Posting Komentar