Langsung ke konten utama

Fatherless Family: Ketika Ayah Hanya Tahu Cari Uang Saja?

Mengasuh anak sejatinya adalah tanggung jawab utama orang tua, bapak dan ibu. Namun ada juga pandangan menurut beberapa orang yang beranggapan bahwa mengasuh anak dan mengurus pekerjaan rumah tangga adalah tugas ibu. Sedangkan peran bapak hanyalah pencari nafkah saja, sehingga bapak tidak banyak berperan dalam parenting bahkan sangat minim. Fatherless family , sebuah label yang diberikan kepada sebuah keluarga dimana peran ayah dalam pengasuhan anak dikeluarga tersebut yang minim baik secara fisik maupun psikis. Fatherless merupakan kombinasi dari jarak secara fisik dan emosional antara ayah dan anaknya. Pandangan anak tentang keterlibatan ayahnya menandakan esensi dari peran ayah dalam kehidupan anak. Benarkah seperti itu? Feel You akan mencoba membahas fenomena fatherless family . Mengapa fatherless family bisa terjadi? Di negara barat Peningkatan jumlah orang tua tunggal disebabkan oleh meningkatnya perceraian. Adanya perubahan sosial juga berkontribusi terhadap peningkatan kondisi

Dibalik Keputusan untuk Memilih Childfree

Istilah childfree yang belakang ini sedang hits karena reaksi netizen kepada seorang influencer yang memutuskan childfree dengan pasangannya sebagai pilihan hidupnya. Persis seperti yang diungkapkan pada penelitian yang sudah Feel You review mengenai fenomena childfree. Individu yang menganut paham ini mendapatkan stigma negatif dari orang lain, begitu juga yang dialami oleh influencer yang sedang ramai dibicarakan atas keputusannya tersebut.

Yup, memang pasti ada pro dan kontra untuk fenomena childfree ini. Tapi kamu penasaran gak sih dengan alasan mengapa akhirnya individu atau pasangan memutuskan untuk tidak mau memiliki anak secara sukarela? Ditulisan ini Feel You akan coba paparkan beberapa alasan-alasan yang biasanya menjadi pertimbangan dibalik keputusan tersebut dari hasil penelitian.

Source: freepik on www.freepik.com

Childfree atau childless?

Sebelumnya Feel You bakal perjelas dulu definisi dari childfree itu sendiri. Beberapa penelitian terdahulu menggunakan istilah childless ketimbang childfree. Namun istilah tersebut kurang menjelaskan bedanya individu yang tidak memiliki anak namun sebenarnya menginginkan untuk memiliki anak dengan individu yang memutuskan untuk tidak memiliki anak secara sukarela.

Nah menurut pendapat psikolog, Sherryl Jeffries dan Candance Konnert, ada beberapa indikator perbedaan individu yang childfree dan childless.

Dikategorikan childfree apabila:

  1. Seseorang dan pasangannya tidak pernah menginginkan anak.
  2. Suatu waktu seseorang dan pasangannya menginginkan anak, lalu mengubah pikiran mereka.
  3. Melakukan penundaan untuk memiliki anak sampai kemudian mengalami kondisi keterlambatan. 

Sedangkan dikategorikan childless apabila:

  1. Secara fisik tidak memungkinkan untuk memiliki anak.
  2. Mengalami kesulitan untuk hamil atau membawa kehamilan sampai dengan cukup bulan.
  3. Tidak menggunakan alat kontrasepsi dan tidak hamil.
  4. Mencoba atau ingin mengadopsi namun tidak melakukannya.
  5. Menyatakan bahwa keadaannya tidak memungkinkan untuk memiliki anak.

Lalu apa sih faktor yang mendorong individu untuk memutuskan childfree sebagai pilihan hidupnya? Nah, jika melihat dari sejarah childfree, pada abad 20, terbukanya akses pendidikan untuk perempuan ternyata menjadi pengaruh bagi individu tersebut untuk memiliki anak atau tidak dan hal tersebut juga terjadi pada perempuan dengan penghasilan tinggi.

Pandangan individu dengan pilihan childfree tentang kehadiran anak

Untuk masyarakat pada umumnya yang memandang anak sebagai anugerah, individu dengan pilihan hidup childfree memiliki pandangan yang berbeda dalam memaknai kehadiran anak.

  1. Anak merupakan tanggung jawab dan beban besar dan sulit.
    Mereka berpandangan bahwa sebelum memutuskan untuk memiliki anak, maka diperlukan berbagai pertimbangan yang matang dari sisi ekonomi, mental, dan komitmen untuk bertanggung jawab secara penuh.
  2. Konsep anak merupakan aset orang tua dimasa depan tidak berlaku untuk individu dengan pilihan childfree.
    Tanggung jawab untuk merawat diri mereka dimasa tua bukan dilakukan oleh anak, namun oleh mereka sendiri. Individu dengan pilihan hidup childfree menilai bahwa anak bukan jaminan dihari tua yang akan merawat dan menjaga mereka saat sudah tua. Mereka berpandangan bahwa anak akan bertanggung jawab atas diri mereka sendiri saat sudah dewasa, bukan bertanggung jawab pada kehidupan orang tuanya.
  3. Kehadiran anak akan berbeda seiring dengan perkembangan usia anak.
    Individu dengan pilihan hidup childfree menyadari akan ketidaksanggupan mereka dalam menghadapi dan menangani perilaku anak. Hal tersebutlah yang mendorong mereka untuk memutuskan tidak memiliki anak. Mereka takut akan menyakiti dan tidak mampu mendidik anak dengan baik.
  4. Menganggap anak bukan satu-satunya sumber kebahagiaan dalam hidup.
    Bagi individu yang memilih childfree, menjadi childfree tidak berarti lari dari tanggung jawab memiliki anak, tetapi mereka tidak mengambil tanggung jawab tersebut serta berfokus untuk tanggung jawab terhadap diri sendiri dan pilihan hidupnya.

Alasan orang memilih childfree

Ada 5 kategori alasan individu memilih childfree menurut Corinne Mairer, berikut penjelasannya:
  1. Pribadi (emosi dan batin)
    Mereka yang memilih untuk childfree dengan alasan pribadi cenderung mengalami kondisi tertentu yang membuat dirinya menolak akan kehadiran anak berdasarkan pengalaman yang dialami sendiri maupun pengalaman orang lain.
    Keputusan untuk menjadi childfree juga diambil sebab ingin kebebasan kehidupan pribadinya tidak direnggut karena hadirnya anak. Mereka menilai bahwa kehadiran anak akan mengurangi kebebasan diri sendiri dari segi waktu, tenaga, materi, mencapai kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan diri sendiri.

  2. Psikologis dan medis (alam bawah sadar dan fisik)
    Alasan psikologis sering berkaitan dengan trauma, ketakutan, kecemasan, maupun gangguan mental yang berpengaruh pada kehidupan sehari-harinya. Mereka dipicu oleh rasa takut dan cemas bahwa mereka tidak mampu menjadi orang tua yang baik akibat trauma atau luka masa lalu yang dialami.
    Salah satu jenis fobia, yaitu tokophobia, juga menjadi alasan psikologis untuk menjadi childfree. Tokophobia adalah fobia berupa rasa takut yang luar biasa akan kehamilan dan melahirkan.  Alasan medis berupa keterbatasan fisik yang menyebabkan seseorang menjadi childfree. Sebagian individu lain yang memutuskan untuk childfree juga karena khawatir bahwa gangguan psikologis dan gangguan medis yang dialami akan menurun secara genetik kepada anaknya.

  3. Ekonomi (materi)
    Semakin tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk membesarkan anak menjadi faktor individu memutuskan untuk menjadi childfree. Dirinya memahami bahwa dirinya tidak mampu secara finansial untuk membesarkan anak, dirinya melakukan berbagai pertimbangan dan memperhitungkan biaya yang perlu dikeluarkan hingga anak menjadi dewasa.
    Namun uniknya, ketika kondisi ekonomi mereka membaik, hal ini tetap tidak memengaruhi keputusan mereka untuk tetap menjadi childfree. Mereka menilai bahwa kebebasan yang didapat dengan menjadi childfree tidak harus ditebus karena kondisi ekonomi mereka sudah membaik.

  4. Filosofis (prinsip)
    Seseorang yang memilih childfree karena alasan ini menyakini bahwa memiliki anak bukanlah satu-satunya sumber lahirnya kebahagiaan dalam hidup. Mereka menilai dunia yang sekarang mereka tinggali justru tidak layak untuk dirasakan oleh anak-anak.
    Biasanya individu yang memilih childfree dengan alasan ini, mereka lebih memilih untuk bergabung dengan komunitas yang membantu anak-anak berkekurangan, tidak mendapat pendidikan yang layak, dsb. Menurut mereka, membantu anak-anak yang sudah terlahir tanpa harus memiliki anak dari keturunan mereka sendiri sudah lebih dari cukup untuk mendapatkan kebahagiannya.

  5. Lingkungan hidup (makromosa)
    Individu yang memilih childfree karena alasan ini berpikir bahwa berbagai masalah kerusakan lingkungan yang terjadi adalah akibat dari overpopulasi. Hal tersebut yang membuat mereka memilih untuk tidak memiliki anak, yang menjadi kontribusinya untuk tidak menambah kerusakan yang sudah ada.

Sourcelifestylememory on www.freepik.com

Selain kelima kategori alasan tersebut, Samantha A Kwon juga menjelaskan hal yang serupa mengenai alasan seseorang memilih childfree, yaitu:

  1. Ekonomi
    Orang yang memilih childfree biasanya memiliki kondisi ekonomi menengah keatas karena memiliki tingkat pendidikan yang tinggi. Mereka cenderung memiliki pekerjaan dan jabatan yang bagus. Mereka memiliki kebutuhan akan mempertahankan gaya hidupnya, berkreasi, dan mendapatkan harta benda yang mana dengan kehadiran anak dapat menjadi penghambat dalam pencapaiannya.
    Orang memilih untuk menjadi childfree menyadari akan biaya kebutuhan anak yang saat ini tergolong mahal. Jika dirinya memiliki anak, maka uang yang didapatkan tidak dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri atau tujuan hidupnya melainkan untuk memenuhi kebutuhan anak.

  2. Feminisme
    Gerakan ini membeaskan perempuan dari penindasan. Dengan tujuannya tersebut, sangat memungkinkan untuk perempuan memilih pilihan reproduksi secara bebas.

  3. Zero population growth
    Merupakan gerakan sosial politik yang bertujuan untuk meningkatkan awareness mengenai ledakan populasi yang dikhawatirkan akan terjadinya kekurangan sumber daya. Dorongan untuk tidak ingin berkontribusi pada masalah ledakan populasi memengaruhi individu untuk tetap menjalani hidupnya tanpa anak.

  4. Pengalaman hidup
    Memiliki pengalaman yang buruk saat individu tersebut sebagai seorang anak dapat sangat memengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan untuk tidak memiliki anak. Pengalaman buruk tersebut biasanya berupa pengalaman traumatik dimana mereka menjadi korban maupun saksi kekerasan dikeluarganya. 
    Kesulitan dalam mengasuh anak dapat menimbulkan rasa khawatir bahwa dirinya tidak mampu memenuhi standar sebagai orang tua yang baik. Pengalaman yang kurang baik tersebut membuat seseorang menjadi takut dan cemas untuk melakukan parenting style yang kurang baik juga atau mengulang kembali kekerasan tersebut.

  5. Manfaat yang dirasakan sebagai childfree
    Meskipun terdapat konsekuensi negatif sebagai seorang childfree, seseorang yang memutuskan untuk menjadi childfree juga mengalami manfaat yang menurut mereka positif. Mereka dapat memiliki kebebasan waktu untuk dirinya sendiri, dengan pasangan, keluarga, teman, pekerjaan, hobi, dsb.
    Mereka merasa memiliki fleksibilitas dalam menggunakan waktu sehingga dapat bekerja semaksimal mungkin dan terus mengejar tujuan hidupnya. Mereka merasa lebih puas terhadap kehidupan pernikahannya karena lebih mudah menjaga keintiman dan kenyamanan dalam hubungannya dengan pasangan.
Setelah menyimak alasan-alasan mengapa seseorang akhirnya memutuskan untuk menjadi childfree, bagaimana tanggapanmu Feels? Apakah kamu setuju? Atau apakah kamu juga seseorang yang memutuskan untuk menjadi childfree untuk pilihan hidupmu?

Sources
Marfia, Sandra Milenia. (2022). Tren Childfree sebagai Pilihan Hidup Masyarakat Kontemporer Ditinjau dari Perspektif Pilihan Rasional (Analisis pada Media Sosial Facebook Group Childfree Indonesia). Skripsi. Surabaya: Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Teresa, Ghea. (2014). Motif dan Generativitas Individu Voluntary Childlessness. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Psikologi Jurusan Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fatherless Family: Ketika Ayah Hanya Tahu Cari Uang Saja?

Mengasuh anak sejatinya adalah tanggung jawab utama orang tua, bapak dan ibu. Namun ada juga pandangan menurut beberapa orang yang beranggapan bahwa mengasuh anak dan mengurus pekerjaan rumah tangga adalah tugas ibu. Sedangkan peran bapak hanyalah pencari nafkah saja, sehingga bapak tidak banyak berperan dalam parenting bahkan sangat minim. Fatherless family , sebuah label yang diberikan kepada sebuah keluarga dimana peran ayah dalam pengasuhan anak dikeluarga tersebut yang minim baik secara fisik maupun psikis. Fatherless merupakan kombinasi dari jarak secara fisik dan emosional antara ayah dan anaknya. Pandangan anak tentang keterlibatan ayahnya menandakan esensi dari peran ayah dalam kehidupan anak. Benarkah seperti itu? Feel You akan mencoba membahas fenomena fatherless family . Mengapa fatherless family bisa terjadi? Di negara barat Peningkatan jumlah orang tua tunggal disebabkan oleh meningkatnya perceraian. Adanya perubahan sosial juga berkontribusi terhadap peningkatan kondisi

Cinta Bukan Cuma Romantis Saja, Ini Bentuk Lainnya Menurut Psikologi

Berbicara tentang cinta, banyak sekali maknanya menurut setiap orang dengan pengalamannya masing-masing. Tapi cinta itu apa sih ? Apakah cinta hanya untuk hubungan romantis dengan pasangan saja? Apakah ada bentuk cinta yang lain? Bagaimana juga dengan cinta kepada teman-teman atau bahkan kepada Tuhan? Berikut ini adalah bentuk-bentuk cinta menurut tokoh psikologi, Rollo May, yang Feel You tulis buat kamu Feels. 1. Sex Seks adalah fungsi biologis yang dapat dipuaskan melalui hubungan seksual atau pelepasan ketegangan seksual lainnya. 2. Eros Terjadi kebingungan perbedaan antara eros dan seks. Seks merupakan kebutuhan fisiologis yang mencari kepuasan melalui pelepasan ketegangan. Berbeda dengan seks, eros merupakan dorongan psikologis yang menginginkan hubungan seksual melalui pernikahan yang langgeng dengan orang yang kita cintai. Eros is making love, sex is manipulating organs . Eros berorientasi pada hubungan yang awet, sedangkan seks adalah keinginan untuk merasakan kesenangan. Eros

5 Isu Penting Hubungan dengan Mertua dan Bagaimana Menyikapinya

Ketika kamu berpikir bahwa setelah menikah nanti hanya akan ada kamu dengan pasanganmu saja, pemikiran tersebut salah besar. Mungkin selama beberapa hari setelah pesta pernikahan iya, hanya ada kamu dan pasanganmu saja untuk menghabiskan moment honeymoon . Namun setelahnya, tentu keluarga dari pasanganmu berekspektasi bahwa mereka juga bagian dari hidupmu. Beberapa budaya non-barat, keterlibatan orang tua lebih menonjol dan terang-terangan. Pada beberapa pasangan setelah menikah, istri akan ikut tinggal bersama suami dan orang tua suami tanpa batas waktu tertentu. Sedangkan pada budaya barat, hubungan dengan mertua tidak terbentuk secara kaku namun tetap ada. Tidak bisa dipungkiri ketika seseorang menikah, dirinya akan menjadi bagian dari keluarga besar pasangannya. Bisa dikatakan bahwa kita juga menikahi sebuah keluarga, termasuk kebaikan dan keburukannya. Bagaimana baik atau buruknya, dekat atau jauhnya hubungan kita dengan keluarga pasangan bergantung pada kesempatan atau moment yan