Langsung ke konten utama

Fatherless Family: Ketika Ayah Hanya Tahu Cari Uang Saja?

Mengasuh anak sejatinya adalah tanggung jawab utama orang tua, bapak dan ibu. Namun ada juga pandangan menurut beberapa orang yang beranggapan bahwa mengasuh anak dan mengurus pekerjaan rumah tangga adalah tugas ibu. Sedangkan peran bapak hanyalah pencari nafkah saja, sehingga bapak tidak banyak berperan dalam parenting bahkan sangat minim. Fatherless family , sebuah label yang diberikan kepada sebuah keluarga dimana peran ayah dalam pengasuhan anak dikeluarga tersebut yang minim baik secara fisik maupun psikis. Fatherless merupakan kombinasi dari jarak secara fisik dan emosional antara ayah dan anaknya. Pandangan anak tentang keterlibatan ayahnya menandakan esensi dari peran ayah dalam kehidupan anak. Benarkah seperti itu? Feel You akan mencoba membahas fenomena fatherless family . Mengapa fatherless family bisa terjadi? Di negara barat Peningkatan jumlah orang tua tunggal disebabkan oleh meningkatnya perceraian. Adanya perubahan sosial juga berkontribusi terhadap peningkatan kondisi

Penyebab Perceraian dalam Pernikahan Menurut Psikologi

Belakangan ini muncul isu dugaan perselingkuhan pada beberapa pasangan selebriti yang sudah menikah. Selain itu berita mengenai kasus perceraian pasangan Desta dan Natasha Rizki juga ramai dibahas. Baik perselingkuhan maupun perceraian erat kaitannya dengan kehidupan perkeluargaan.

Feel You tidak akan membahas bagaimana kehidupan pribadi selebriti yang dimaksud diatas. Karena Feel You akan lebih fokus membahas mengapa sebuah perceraian dalam keluarga bisa terjadi dari teori yang ada.

Apa itu cerai?

Sebuah keputusan akhir yang secara resmi membuat pasangan suami dan istri berpisah serta tidak akan menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai suami dan istri lagi. Keputusan tersebut juga menandakan berakhirnya hubungan pernikahan sehingga masing-masing hidup terpisah tanpa ada ikatan apapun.

Apa yang membuat pasangan bercerai?

Perceraian dapat terjadi karena sudah tidak ada jalan keluar (dissolution marriage). Seperti perbedaan prinsip yang sudah tidak dapat dipersatukan melalui berbagai cara. Masing-masing pihak ingin mempertahankan keinginan dan pendiriannya tanpa ada usaha untuk mengalah atau mencari jalan tengah. Masing-masing pihak tidak memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengakui kekurangan dirinya sendiri atau orang lain. Hal inilah yang menyebabkan masalah sepele dapat menjadi masalah besar.

Mereka merasa bahwa pernikahan yang sudah dibangun sudah tidak dapat dilanjutkan karena adanya ketidakcocokan yang menimbulkan konflik yang terus menerus. Konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik dan menumpuk selama beberapa waktu dapat mempengaruhi emosional pasangan. Konflik yang sudah menumpuk tersebut akhirnya menjadi titik puncak perceraian.

Source: rawpixel.com on www.freepik.com

Dirangkum dari beberapa pendapat para tokoh, inilah hal-hal yang membuat pasangan bercerai menurut penelitian:

Kekerasan verbal
Kira-kira siapa sih yang betah kalau pasangan sering melukai diri sendiri melalui kata-kata kasar, tidak menghargai, menghina yang menyakiti perasaan dan merendahkan kita? Hal tersebut dapat membuat korbannya merasa terhina, kecewa, bahkan terluka batinnya, sehingga merasa tidak nyaman untuk terus hidup berdampingan dengan pelaku kekerasan verbal dalam sebuah perkawinan.

Masalah ekonomi-finansial
Adanya masalah keuangan dapat menimbulkan kebutuhan keluarga tidak terpenuhi, kelaparan, mudah sakit, menimbulkan pertengkaran suami dan istri yang menimbulkan perceraian. Namun ada juga keluarga yang secara ekonomi berkecukupan namun suami membatasi sumber keuangan kepada istrinya. Suami membatasi pemberian uang untuk keperluan rumah tangga sehingga keluarga mengalami kekurangan dan menderita secara finansial. Hal ini juga disebut sebagai kekerasan ekonomi.

Baca juga: KDRT: Lingkup, Bentuk, dan Faktor yang Mempengaruhi

Kebiasaan berjudi
Suami mengabaikan kebutuhan keluarga dan menggunakan semua penghasilan untuk kegiatan judi, sehingga anggota keluarga tidak mendapatkan kehidupan yang sejahtera dan menderita secara finansial.

Perselingkuhan
Perzinaan yang dilakukan oleh salah satu pasangan dengan orang lain yang bukan pasangan sahnya padahal dirinya terikat dalam pernikahan secara resmi dengan pasangan hidupnya. Seringkali perselingkuhan dilakukan oleh seseorang yang merasa kecewa, sakit hati, atau tidak puas dalam kehidupan pernikahan sehingga dirinya mencari kepuasan diluar pernikahannya.

Baca juga: Ternyata Selingkuh ada Berbagai Tipe, Apa Saja?

Penyalahgunaan narkoba
Salah satu pasangan atau orang tua yang memiliki ketergantungan terhadap alkohol atau obat-obatan tidak mampu menunjukkan pribadi yang matang untuk membina, mendidik, dan mengarahkan anaknya untuk tumbuh dewasa. Ketergantungan terhadap alkohol atau obat-obatan mengakibatkan perilaku temperamental, agresif, dan sulit mengendalikan emosi.

Pengabaian kewajiban
Pasangan sering kali mengabaikan kewajibannya terhadap rumah tangga dan anak-anak. Seperti jarang pulang ke rumah dan tidak memiliki kedekatan emosional kepada anak dan pasangan.

Masalah hubungan seksual
Adanya ketidakcocokan dalam masalah hubungan seksual dengan pasangan seperti sering menolak atau tidak dapat memberikan kepuasan.

Keterlibatan kerabat dari pasangan
Adanya keterlibatan atau campur tangan dalam rumah tangga dan tekanan sosial dari pihak kerabat pasangan. Campur tangan dari pihak keluarga dapat menimbulkan rasa kurang dihargai dan rasa tidak nyaman pada salah satu pihak (istri atau suami) dan merasa tidak nyaman dengan pasangannya. Jika hal tersebut tidak dapat teratasi dengan baik hingga tidak dapat ditoleransi, maka terjadi perceraian.

Masalah kepercayaan
Sering curiga terhadap apa yang dilakukan oleh pasangan dan muncul rasa cemburu serta tidak percaya terhadap pasangan.

Kurang komunikasi antar pasangan
Jarangnya komunikasi, kurang memberikan perhatian, dan jarang ada kebersamaan diantara pasangan juga menjadi salah satu faktor perceraian. Ketika komunikasi dapat dilakukan dengan baik, maka ketika terjadi permasalahan dalam keluarga dapat terselesaikan dengan baik. Sebaliknya jika pola komunikasi buruk, maka terjadi perselisihan yang berdampak pada keharmonisan keluarga.

Tidak memiliki keturunan
Setelah menikah beberapa waktu namun belum kunjung memiliki keturunan juga menjadi pemicu permasalahan diantara pasangan suami dan istri yang dapat berujung perceraian.

Perbedaan prinsip hidup dan agama
Perbedaan prinsip ini biasanya menyangkut dengan agama, karir, anak, serta perbedaan lainnya.

Kesehatan
Kondisi penyakit dapat menjadi pemicu perceraian apabila dengan kondisinya tersebut mempengaruhi keberfungsian seorang suami atau istri dalam pernikahan.

Sources

Dariyo, Agoes. (2004). Memahami Psikologi Perceraian dalam Kehidupan Keluarga. Jurnal Psikologi, 94-100.
Dariyo, Agoes., Hadiati, Mia., & Rahaditya, R. (2020). Psikologi Hukum Perkawinan. Jakarta: Penerbit Andy Yogyakarta.
Widayanti, Atika. (2014). Faktor-Faktor Penyebab Perceraian pada Keluarga Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Desa Citembong, Kecamatan Bantarsari, Kabupaten Cilacap. Skripsi. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fatherless Family: Ketika Ayah Hanya Tahu Cari Uang Saja?

Mengasuh anak sejatinya adalah tanggung jawab utama orang tua, bapak dan ibu. Namun ada juga pandangan menurut beberapa orang yang beranggapan bahwa mengasuh anak dan mengurus pekerjaan rumah tangga adalah tugas ibu. Sedangkan peran bapak hanyalah pencari nafkah saja, sehingga bapak tidak banyak berperan dalam parenting bahkan sangat minim. Fatherless family , sebuah label yang diberikan kepada sebuah keluarga dimana peran ayah dalam pengasuhan anak dikeluarga tersebut yang minim baik secara fisik maupun psikis. Fatherless merupakan kombinasi dari jarak secara fisik dan emosional antara ayah dan anaknya. Pandangan anak tentang keterlibatan ayahnya menandakan esensi dari peran ayah dalam kehidupan anak. Benarkah seperti itu? Feel You akan mencoba membahas fenomena fatherless family . Mengapa fatherless family bisa terjadi? Di negara barat Peningkatan jumlah orang tua tunggal disebabkan oleh meningkatnya perceraian. Adanya perubahan sosial juga berkontribusi terhadap peningkatan kondisi

Cinta Bukan Cuma Romantis Saja, Ini Bentuk Lainnya Menurut Psikologi

Berbicara tentang cinta, banyak sekali maknanya menurut setiap orang dengan pengalamannya masing-masing. Tapi cinta itu apa sih ? Apakah cinta hanya untuk hubungan romantis dengan pasangan saja? Apakah ada bentuk cinta yang lain? Bagaimana juga dengan cinta kepada teman-teman atau bahkan kepada Tuhan? Berikut ini adalah bentuk-bentuk cinta menurut tokoh psikologi, Rollo May, yang Feel You tulis buat kamu Feels. 1. Sex Seks adalah fungsi biologis yang dapat dipuaskan melalui hubungan seksual atau pelepasan ketegangan seksual lainnya. 2. Eros Terjadi kebingungan perbedaan antara eros dan seks. Seks merupakan kebutuhan fisiologis yang mencari kepuasan melalui pelepasan ketegangan. Berbeda dengan seks, eros merupakan dorongan psikologis yang menginginkan hubungan seksual melalui pernikahan yang langgeng dengan orang yang kita cintai. Eros is making love, sex is manipulating organs . Eros berorientasi pada hubungan yang awet, sedangkan seks adalah keinginan untuk merasakan kesenangan. Eros

5 Isu Penting Hubungan dengan Mertua dan Bagaimana Menyikapinya

Ketika kamu berpikir bahwa setelah menikah nanti hanya akan ada kamu dengan pasanganmu saja, pemikiran tersebut salah besar. Mungkin selama beberapa hari setelah pesta pernikahan iya, hanya ada kamu dan pasanganmu saja untuk menghabiskan moment honeymoon . Namun setelahnya, tentu keluarga dari pasanganmu berekspektasi bahwa mereka juga bagian dari hidupmu. Beberapa budaya non-barat, keterlibatan orang tua lebih menonjol dan terang-terangan. Pada beberapa pasangan setelah menikah, istri akan ikut tinggal bersama suami dan orang tua suami tanpa batas waktu tertentu. Sedangkan pada budaya barat, hubungan dengan mertua tidak terbentuk secara kaku namun tetap ada. Tidak bisa dipungkiri ketika seseorang menikah, dirinya akan menjadi bagian dari keluarga besar pasangannya. Bisa dikatakan bahwa kita juga menikahi sebuah keluarga, termasuk kebaikan dan keburukannya. Bagaimana baik atau buruknya, dekat atau jauhnya hubungan kita dengan keluarga pasangan bergantung pada kesempatan atau moment yan